tanpa judul….

bila aku tergugu di ujung sujudku

hanya ada muhasabah atas diriku

bila aku terdampar di tengah lautan asaku

aku kumpulkan asa yang terurai di antara tumpukan pasir waktu

aku mendengar sayup merdu memecah sunyi

lantunan merdu berangkai makna duniawi dan ukhrawi

membawa diriku semakin dalam tenggelam sepi

menari bersama muhasabahku, sendiri…sunyi

mengetuk sebuah tangan di pintu relungku

mengurai pasir waktu yang tersia-sia dalam banyak langkahku

membawaku menuju dermaga terang tanpa lampu

lantunan sayup merdu mengiringi aku

menjadi penentu arahku biar tak berbelok seperti yang lampau

lantunan firman itu terus menjadi penjagaku

mengajakku menari dalam sujudku

menarikku pada dermaga terang tanpa lampu

Petir

Siang-siang pas lunch di cafetaria PLTU dapet obrolan sama pegawai PLN-nya. Awalnya ngebahas hujan doang…trus merambat ke petir karena setiap kali hujan, di Asam Asam sini…selalu aja ada petir yang mengerikan, beda sekali dengan daerah lain di Kal-Sel. Ternyata emang di sini termasuk daerah yang frekuensi petirnya tinggi.

Ternyata petir itu terjadi setelah ada gumpalan awan yang berkondensasi dan memiliki ion positif dan negatif. Awan yang bermuatan positif ketemu awan yang bermuatan negatif, trus terjadi semacam benturan dan terjadilah petir.

Petir, selain terjadi antara awan dengan awan…juga bisa terjadi karena awan yang bermuatan positif bertemu dengan tanah yang bermuatan negatif (karena tanah memang punya ion negatif). Petir bisa terjadi di udara juga bisa terjadi di tanah, tetapi bukan maksudnya di tanah gitu…melainkan dengan menyambar sesuatu yang wujudnya lebih tinggi dari permukaan sekitarnya.

Petir, bukan suaranya yang bahaya. Tapi kilatan itu yang disebut petir dan itu yang bahaya karena bisa mencelakakan makhluk hidup, bahkan bisa menyebabkan kematian jika terkena sambarannya. Suara petir baru terdengar setelah kilatnya muncul karena kecepatan rambat cahaya lebih cepat dari kecepatan rambat suara. Itu sebabnya, suara petir belakangan kedengarannya.

Tiga Orang yang Diuji

Bukhari meriwayatkan, dahulu ada tiga orang yang masing-masing menderita kusta, kebotakan, dan buta. lalu datanglah malaikat untuk menyembuhkan dan memberi mereka binatang ternak. Dengan izin Allah SWT, mereka sembuh dan kaya raya.

Seiring bergantinya hari, semua binatang ternak yang diberikan kepada mereka berupa unta, sapi dan kambing berkembang-biak. Sang malaikat datang untuk menguji mereka dengan menjelma menjadi pengemis.

Malaikat mendatangi kedua orang yang pernah menderita kusta, dan botak dalam keadaan serupa dengan mereka dahulu. Pengemis tadi berusaha meminta belas kasihan. Namun kedua orang tersebut malah bersikap sombong dan lupa diri serta tidak mau memberikan bantuan sedikitpun. Alih-alih memberi, mereka justru berkata, “Hartaku ini adalah warisan orang tuaku.” Sang malaikat berkata, “Kalau kamu berdusta, semoga Allah SWT menjadikan kamu seperti dahulu lagi.”

Tak lama kemudian kedua orang tersebut kembali seperti dahulu, menderita penyakit dan miskin. Kemudian sang malaikat mendatangi seorang lagi yang dulu buta. Orang itu berkata, “Dahulu aku buta sepertimu, lalu Allah memulihkan penglihatanku, maka ambillah seberapa banyak yang kamu butuhkan. Demi Allah, aku tidak akan membebanimu untuk mengembalikan sesuatu yang telah kamu ambil untuk Allah.”

Namun pengemis itu balik berkata, “Ambillah hartamu itu semua, karena kalian sebenarnya hanya sekedar diuji, kamu telah diridhai Allah SWT, sedangkan kedua sahabatmu telah dimurkai Allah.”

—> ditulis oleh : Andy Sulistiyanto

*********************************************************************

Sumber : Majalah Sabili Edisi 25 TH. XV 26 Juni 2008 / 22 Jumadil Akhir 1429

____________________________________________________________

—-> ketika ujian Allah datang, bersabarlah karena Allah adalah tempat segala awal dan akhir. Innallaha ma ‘ashoobiriin….Sesungguhnya Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

—-> ketika mendapat rezeki dari Allah, jangan lupa kalau di dalam rezeki kita juga ada hak orang lain. berzakat bila nisabnya sampai. dan jangan lupa untuk selalu bersedekah karena sesungguhnya dengan zakat dan sedekah, Allah tidak akan mengurangi harta kita…malah akan ditambah Allah.

—-> jangan menjadi orang yang sombong dan takabur, karena Allah sangat membenci orang-orang yang ujub, riya, takabur, dengki. ingatlah, bahwa segala apa yang kita punya adalah nikmat dan rezeki dari Allah.

—-> percaya dan yakini bahwa segala ketentuan Allah, baik atau buruk, adalah yang terbaik untuk kita dan apa yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang telah kita perbuat.

Al Jabbar [Yang Maha Memaksa]

“Orang-orang kafir itu membuat makar, dan Allah membalas makar mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas makar.” (QS. Ali Imran : 54)

Seringkali manusia terjebak oleh pikirannya sendiri, merasa mampu merancang segala sesuatu. Padahal tak ada kekuatan dalam diri manusia untuk menentukan sesuatu terlaksana, gagal atau tertunda. Hanya Allah, al Jabbar yang Maha Berkehendak dan Maha Memaksakan kehendak-Nya.

Lebih-lebih mereka yang memusuhi agama ini. Mereka merancang sejuta tipu daya, merekayasa seribu peristiwa agar kalimat Allah yang mulia menjadi ternoda. Tapi mereka lupa, bahwa alam raya seisinya hanya Dia yang menciptakan dan hanya Dia pula yang mampu menggerakkan.

Musuh-musuh Allah itu boleh bermakar dengan sejuta makar, tapi Allah pun telah menyiapkan makar. Sungguh, hanya makar Allah yang sempurna dari segala makar yang ada.

Seorang ulama pernah melantunkan doa yang luar biasa. “Ya Jabira kulli kasir wa ya musahhila kulli ‘asir.” Wahai yang Mengalahkan yang banyak dan Yang Memudahkan segala kesulitan. Karena memang hanya Dia yang mampu berkehendak.

Sungguh al Jabbar adalah tempat kita berlindung dari segala nestapa yang ditimbulkan oleh musuh dan keadaan yang susah. Ketika kita sadar dan selalu menjaga kesadaran, bahwa hanya Dia yang mampu memutuskan dan memaksakan, tentu kita tak akan takut atas segala kejadian. Bahkan ketika sebuah peristiwa yang suram terjadi sekalipun, kita meyakini bahwa al Jabbar Yang Maha Berkehendak, dan hanya atas izin-Nya semua.

Para ulama mengajarkan, berdzikir dengan kalimat al Jabbar di pagi hari dan petang akan melindungi pengucapnya dari penguasa yang lalim dan manusia-manusia yang zalim. Yakinlah, hanya al Jabbar yang mampu memaksakan semua kehendak dan kejadian.

*********************************************************************

Sumber : Majalah Sabili Edisi 25 TH. XV 26 Juni 2008 / 22 Jumadil Akhir 1429

____________________________________________________________

wallahu’alam…semoga bermanfaat.

Majnun dan Singgasana Khalifah

Syahdan, di Baghdad, pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, hiduplah seorang miskin yang biasa dipanggil “si majnun”. Suatu saat, terjadi kegaduhan di istana, tak lama setelah sholat Jumat selesai. Sontak, khalifah dan para menteri yang baru saja menunaikan shalat Jumat merasa kaget dengan kejadian tersebut.

“Apakah gerangan yang terjadi wahai penjaga?” tanya khalifah kepada penjaga. “Ampun tuanku, jika tindakan kami lancing dan mengusik istirahat baginda. Namun, orang gila inilah yang menyebabkan keributan ini terjadi. Dia begitu lancang dan berani duduk-duduk di atas kursi singgasana kebesaran baginda ketika para penduduk negeri tengah menunaikan shalat Jumat,” timpal hulubalang.

Khalifah bertanya kepada sang pelaku, “Apa benar yang dikatakan hulubalang?” Majnun menjawab, “Sebenarnya hamba tidak bermaksud lancang. Saya mendengar betapa nikmatnya duduk di singgasana. Namun ketika saya duduk, saya dipergoki hulubalang yang selanjutnya menghajar saya. Jika akibat tindakan tersebut lalu saya dipukuli. Lalu bagaimana nasib baginda yang selama bertahun-tahun duduk di singgasana tersebut?”

Setelah mendengar jawaban tersebut, Khalifah Harun al-Rasyid terdiam dan menangis. Dia tersadar akan beratnya amanah dan tanggung jawab yang dipikulnya selama ini. Setelah peristiwa itu, khalifah terlihat begitu berhati-hati menjalankan pemerintahannya.

Ditulis Oleh: M. Syafi’i

*************************************************************************

Sumber : Majalah Sabili Edisi 09 TH. XVI, 20 November 2008 / 22 Dzulqaidah 1429

_________________________________________________________________

Beda banget sama sekarang. Kursi kekuasaan dianggap anugerah, padahal bisa jadi itu musibah bagi yang mendudukinya.

Karena menjadi pemimpin yang adil dan amanah itu nggak mudah, tetapi sayang sekali…hanya segelintir orang yang menyadarinya.

Ar Razzaq

Ar Razzaq

“…dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” ( QS al Anfaal : 26 )

Subhanallah, betapa luasnya anugerah Allah yang diturunkan untuk manusia. Dia menjadikan rezeki dari yang baik-baik, agar manusia yang beriman mampu bersyukur. Tapi betapa sempitnya kita memahami dan memberi arti pada kata rezeki.

Hanya harta dan tahta, yang dianggap rezeki dari yang Maha Kuasa. Kadang-kadang, ditambahkan dengan kesehatan dan waktu luang, tanpa benar-benar memberi arti yang dalam pada keduanya. Kesehatan kurang disyukuri, waktu luang nyaris dilupakan. Betapa kurang bersyukurnya.

Meski demikian, Allah tak pernah membedakan siapa yang akan menerima rezeki dari-Nya. Jika Allah Azzawajalla menghendaki sesuatu terjadi, maka Dia akan menciptakan sebab-sebab kejadiannya. Jika sebuah rezeki ingin diberikan-Nya pada seorang hamba, maka tak satupun kekuatan yang dapat menghalanginya. Tak satu, tak juga seribu. Tak beratus, tak berlaksa. Tak ada kekuatan yang mampu menghalangi takdir-Nya.

Satu rezeki akan disusul rezeki lainnya. Jika manusia cukup tahu diri dan mensyukuri yang ia terima. Tapi betapa sedikit yang mampu mengangkat tangan dan menundukkan kepala, berkata penuh rendah diri dan mengaku, “Allahumma ya Allah, segala bermula atas-Mu dan segala berakhir karena-Mu.”

Sering manusia mengira, semua yang didapat adalah hasil kerja keras dan usahanya. Sering manusia menyangka, semua yang terjadi keluar dari jerih payahnya. Padahal, sungguh tak ada daya pada diri manusia yang lemah ini. Makhluk yang ketika kantuk datang, tak mampu berbuat, meski hanya untuk membuka kelopak mata.

Wahai Mahapemberi Rezeki, inilah kami, berdiri dengan lutut gemetar memohon ampun dan takjub pada anugerah yang Engkau berikan. Mendzikirkan nama-Mu berkali-kali, “Ya Razzaq. Ya Razzaq. Ya Razzaq.” Berikanlah kepada kami segala yang baik, dari ilmu-Mu, dari karunia-Mu, dari takdir-Mu dan dari segala keputusan baik-Mu. Amin.

*************************************************************************

Sumber : Majalah Sabili Edisi 09 TH. XVI, 20 November 2008 / 22 Dzulqaidah 1429

IKHLAS

Dinding itu kuat

Kokoh mengepung raga dan hatiku

Aku berontak, aku teriak kuat

Aku melawan sampai tersengal nafasku

Aku bagai terkurung dalam tempurung

Aku tergugu dalam kakuku

Aku ingin lepas tapi terkurung

Aku ingin lepas dari belenggu sangkarku

Aku tidak ikhlas

Maka imanku lemah

Aku tidak ikhlas

Maka aku terkurung lemah

Aku tidak ikhlas

Maka aku akan hilang arah

Dan aku tidak ikhlas

Maka aku akan belajar ikhlas