Ketika Gangguan Jin & Sihir Menyapa ( 1 )


Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamua’alaikum warahmatullahi wabarokatuhu.

Blog ini sudah lama vakum, lama tak pernah update. Jadi kali ini, saya ingin berbagi sedikit cerita dan pengalaman, tentang gangguan jin. Saya yakin, ada banyak diantara pembaca yang pernah atau sedang mengalami gangguan jin. Sebelumnya mohon maaf jika penuturan kisah saya kurang baik, semoga dapat dipahami dan diambil hikmahnya.

Tapi percayalah, bahwa jalan keluar itu cuma satu, Allah. Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah.

***

Kisah ini bermula dari bertumpuknya permasalahan yang menimpa saya. Tidak perlu saya uraikan permasalahan itu.

Saat itu saya baru saja melahirkan dan sempat mengalami baby blues. Ditambah lagi masalah-masalah yang datang beruntun membuat saya tidak bisa mengendalikan diri.

Kami baru pindah ke rumah baru. Rumah kosong, tidak didiami dan tidak dibangun. Rumah ini begitu “ramai” menurut saya. Bukan oleh manusia tetapi ramai dengan “tetangga”.

Sebenarnya tidak ada gangguan selama kami tinggal di rumah itu. Semua baik-baik saja.

Sampai tiga bulan setelah melahirkan, kondisi saya langsung drop. Susah bernapas. Terkena guncangan sedikit, terasa sakit luar biasa di dada. Ini disebabkan karena adanya benjolan di payudara kanan saya, yang setelah diperiksa ternyata kanker payudara stadium empat. Kondisi yang membuat saya terpaksa menghentikan ASI di tiga bulan pertama bayi saya. Bagian ini, insyaallah, akan saya ceritakan di lain judul.

Yang cukup mengherankan saya, sejak selesai 40 hari pasca melahirkan, saya sering bermimpi buruk. Berkeringat berlebih, sehingga ketika bangun tidur, basah seperti habis mandi. Dan selalu merasa haus. Rasanya berbotol-botol minum, menjadi beribu-ribu haus. Lebay. Tidak! Ini nyata.

Carilah di mesin pencari, ciri-ciri orang yang terkena gangguan jin, maka semua ciri itu saya alami. Mulai dari ketindihan, bermimpi buruk, hanyut atau tenggelam di sungai, mengorok dengan keras, mengigau, sering kaget ketika tidur, selalu bertengkar dengan suami, emosi, dan berbagai ciri-ciri lain saya alami.

Saya dan suami sudah lama ingin mencari peruqyah, untuk menghilangkan kesensitifan saya pada kehadiran makhluk lain. Tapi menunggu kondisi fisik saya kuat, tidak mungkin melakukan ruqyah ketika saya sedang hamil, pasti sangat melelahkan.

Malam itu, dengan tekad kuat, saya ngeyel minta diantar mencari peruqyah (saat itu, saya sudah menjalani kemoterapi pertama). Bukan perkara gampang mencari peruqyah di tempat saya. Dari tiga tempat, hasilnya nol! Nomor telepon yang diberi, sama sekali tidak ada satu pun yang aktif. Didatangi ke rumah, tidak ada di tempat, atau sedang ada acara. Sementara haus itu semakin menjadi. Semakin kuat usaha kami menemui peruqyah, semakin lemah dan haus tubuh ini.

Malam itu kami tidak mendapatkan hasil apapun. Saya akui, saat itu kami lalai pada yang memberi kami hidup.

Dua hari, tiga hari, saya berkata dalam hati, “Ya Allah, dimana hamba-Mu yang hamba cari? Ini tidak wajar. Hamba tidak mau dikendalikan jin! Tolong hamba.”

Beberapa hari setelahnya, saya lupa sebab apa, terucaplah pada ibu saya, “Bu, kita masak nasi, yuk. Besok kan hari senin, kita sedekahkan ke orang. Sepuluh atau lima belas bungkus aja. Mampunya segitu.”

Ibu dan suami setuju. Ibu ke pasar, saya menunggu di rumah. “Ya Allah, janji-Mu pasti. Semoga dengan bersedekah, Kau mengizinkan hamba bertemu dengan peruqyah. Aamiin.” Doa saya dalam hati.

Tepat hari senin, sekalian mengantar anak saya sekolah, ibu saya membagikan nasi. Nasi hanya tertinggal sebungkus saja. Namun entah kenapa, susah sekali mencari penutup sedekah nasi hari itu.

Sampai akhirnya ibu bertemu dengan seorang bapak, mungkin sekitar 50 tahun, beliau bekerja di salah satu SMA negeri. Beliau tidak mau menerima nasi bungkus itu, dengan alasan sudah sarapan. Setelah eyel-eyelan, akhirnya beliau bersedia menerima dengan bertanya, “Ada apa, Bu?”

Lalu meluncurlah cerita dari ibu saya. “Insyaallah setelah isya, saya ke rumah.”

Ruqyah itu akan sulit jika si sakit tidak memiliki keinginan untuk diruqyah. Dan akan dipersulit oleh “pengganggu” ketika kita kuat usaha untuk ruqyah.

***

Next di bagian 2

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuhu.

Tinggalkan komentar