Belajar Dari Masa Lalu


Semua orang pasti punya masa lalu, entah itu buruk ataupun baik. Dan setiap langkah manusia, setiap kata yang terucap dan setiap tindakan yang dipilih adalah sebuah perilaku dan memiliki konsekuensi. Semua itu tercatat dalam lembaran-lembaran hidup kita di masa lalu sampai sekarang. Tidak semua orang akan menceritakan masa lalunya pada orang lain, sekalipun pada orang terdekatnya. Yah…masa lalu yang hanya diketahui diri sendiri dan Allah.
Tidak semua yang telah terjadi bisa dilupakan, apalagi dihapuskan atau bahkan dianggap tidak ada dan tidak pernah terjadi. Ibarat sebuah prasasti, ia telah terukir dalam sejarah dan peristiwa hidup kita. Sesuatu yang pernah ada atau pernah terjadi tidak mungkin dianggap tidak ada atau tidak pernah terjadi. Tetapi bukan berarti masa lalu tidak punya manfaat. Ia bisa menjadi cermin bagi kita untuk menata hidup menjadi lebih baik, menjadi pelajaran hidup yang berharga dan guru kehidupan yang terbaik. Apa yang buruk pada masa lalu jangan sampai terulang. Masa lalu mengajarkan banyak hal pada kita, bagaimana kita gagal, bagaimana kita jatuh terpuruk, bagaimana kita sukses dan bangkit.
Hidup terus berputar seperti roda, kadang di atas, kadang di bawah. Tapi itulah hidup, harus diambil pelajaran atasnya. Bercermin pada masa lalu bukan untuk membuat kita terpaku pada kejadian yang telah lewat, tapi sebagai pelecut untuk mengambil setiap hikmah dari segala tindakan kita, baik ataupun buruk, untuk menyadarkan kita akibat dari setiap pilihan kita. Dengan begitu kita bisa melihat arah perjalanan yang kita tempuh. Bahwa segala pilihan hidup kita akan kembali kepada diri kita sendiri.
Bila kita bercermin pada sebuah keadaan yang buruk di masa lalu, maka kita tahu betapa tidak enaknya keburukan itu dan akibatnya. Bila kita bisa menyikapinya dengan positif, maka peristiwa buruk itu bisa menjadi kunci untuk berubah menjadi lebih baik.
Dengan adanya perjalanan hidup yang telah kita lewati, kita bisa koreksi diri dan memotivasi diri untuk menambah amal kebaikan yang masih kurang untuk bekal kita kelak.
Allah memberi kita banyak dari waktunya untuk mendengarkan “curhat” kita padaNya, maka “curhat”lah padaNya sepuas hati. Dengan bercermin pada masa lalu, kita bisa menyikapi kekeliruan dan kegagalan tanpa harus merasa putus asa. Tetapi antara pengalaman yang buruk dan pengalaman yang baik harus dilihat secara imbang agar kita tak menjadi angkuh karena banyaknya “kepositifan” kita dan agar kita tak jatuh terpuruk karena banyaknya “kenegatifan” kita.
Karena itu, yang terpenting dari suatu pengalaman di masa lalu -baik kegagalan atau keberhasilan, yang dialami sendiri ataupun dipetik dari orang lain- adalah apa yang bisa kita pelajari dari hal itu dan tidak berputus asa. Pengalaman yang tidak membuat kita belajar, itulah sebenarnya kegagalan yang sesungguhnya.

Tinggalkan komentar